Hampir sebulan di Jakarta, fiuhhhh dari awal sampai sekarang perasaan semuanya serba berat.

Ada begitu banyak tekanan dan hal-hal yang buat stress.  Yah mau gimana lagi… semua harus di jalani kan?

Entahlah, makin ke sini semua makin berat. Rasanya ingin pindah kerja, tapi mau kerja dimana coba? Bahkan pengetahuanku tentang komputer, jaringan dan bahasa pemrograman pun tidak pernah terpakai lagi. Bisa-bisa ilmuku mati begitu saja karena tidak pernah di asah.

Mau melanjutkan mengembangkan SAP pun rasanya tak punya waktu.

Kemarin adalah hari terberatku. Semua orang hanya tau menuntut, marah, bersikap dingin, memarahi, dan menghakimi. Rasanya kepala mau meledak. Emosi juga tidak terkendali. Kalau sudah begini, yang aku inginkan hanyalah kesendirian.  Aku butuh ruang waktu untuk diriku sendiri.

Pagi ini, masih terasa rasa lelah yang kemarin. Lucu juga yah, sekarang sudah jam 8 pagi tapi aku masih berada di kos.  Padahal aku siap-siap berangkat kerja sudah dari tadi jam 6 subuh. Entahlah, kaki ini rasanya berat sekali melangkah.

Sanggupkah aku melewati semua ini? Atau kah aku harus kembali ke kota asalku?

Pekerjaan kantor yang bertubi-tubi, tidak ada waktu utk bisa santai walau hanya sejenak. Makan siang pun cepat-cepat (mungkin hanya 10 menit), karena semakin lama aku bergerak nanti bisa semakin malam aku pulang.  Belum lagi harus menghadapi omelan dari customer, di tambah lagi tentang tagihan-tagihan dealer yang sudah Jatuh Tempo. Harus analisa PO, request faktur pajak, request barang ke logistik. Harus koordinasi sana dan sini… buat laporan ini dan itu…

Saat sedang mengerjakan PO, tiba-tiba datang telpon dari customer tentang komplain ini dan itu, belum selesai yang satu (disaat yang bersamaan) datang email dari atasan tentang ini dan itu, laporan ini dan itu.  Tangan baru mau bergerak mengerjakan invoice tiba-tiba bagian logistik telepon lagi karena masalah ini dan itu…  Bagaimana mungkin aku bisa mengerjakan 5 pekerjaan dalam waktu yang bersamaan???? Andai tubuh dan pikiranku bisa di bagi 5.  Semua menuntut harus segera selesai.

Saat tidak selesai, semua orang marah… Yang mereka tau hanyalah marah, menghakimi, menuntut…

Saat posisi dalam keadaan tertekan, datang lagi sms dari keluarg a tentang ini dan itu, menghakimiku dan menganggapku begini dan begitu… Tidak ada seorang pun yang bisa memberikan masukan, support, dukungan.  Aku merasa sendirian menanggung semuanya.

Dari pagi jam stengah 5 subuh hingga jam stengah 11 malam, aku harus terus bergumul dengan perasaanku sndiri. Rasa lelah yang makin hari makin menumpuk. Pagi-pagi harus antri nunggu bis. Lari-lari mengejar bis… Bukan hal mudah kalau harus menaiki bis yang sedang berjalan.  Dempetan sana dan sini, berdesak-desakan. Berdiri selama 1 jam di bis, terkantuk-kantuk… Turun dari bis pun harus jalan kaki dulu 5 menitan, sampai di kantor sudah langsung di sibukan dengan berbagai macam rutinitas kantor yang melelahkan.  Malam-malam pulang pun masih harus nunggu bis… Kadang bisa 1 jam berdiri hanya untuk nunggu bis yang lewat. Itu pun harus berdiri lagi… kaki rasanya kram, capek, lelah, penat…

Sampai di kos… aku masih harus beres-beres. Dan entah mengapa kasur anginku harus bocor, sehingga tiap beberapa jam itu kasur harus di pompa.  Tapi sudah seminggu ini aku tidak pompa kasur karena malas. Dan akhirnya aku tidur di lantai.  Awal-awal tidur di lantai, badan rasanya sakit semua. Hahaha… kadang aku ketawa sendiri aja… lucu juga sih… kehidupanku di kota asal kayaknya gak parah-parah amet kayak gini.  Pekerjaanku nyaman, orang-orangnya lumayan enak (walau ada beberapa yang menyebalkan), tempat tidurku empuk.  Makananku teratur… Aku bisa istirahat secukupnya.

Di Jakarta ini, kehidupanku langsung berubah 180 derajad.  Mungkin kalau perubahan ini aku alami setahap demi setahap, mungkin aku tidak begitu se shock sekarang ini. Hahaha… tanpa ada aba-aba, semua langsung berubah drastis.  Siapkah aku dengan perubahan ini? Mampukah aku menjalani semua ini?

Hal positif yang aku dapatkan di sini adalah sekarang aku sudah mulai memasak makanan sendiri.  Walau awalnya mentalku harus di uji lagi, aku harus mengalami rasa malu karena membawa masakanku yang tidak seberapa ini… tapi sekarang aku sudah mulai terbiasa. (sebenarnya kadang aku masih merasa risih dan malu, tapi perasaan itu selalu aku sangkal).

Yah begitulah… di sini aku benar-benar di bentuk dan di tempa habis-habisan.  Mentalku, fisikku, semangatku, kerajinanku, semuanya di bentuk. Dan yang paling menyedihkan adalah, saat semua orang seperti tidak mengerti sama sekali.  Itu membuat aku merasa seorang diri di dunia ini.

Di saat seperti ini, aku merindukan seseorang yang dulu sangat dekat denganku. Seseorang yang dulu selalu menjadi tempat curahan hatiku. Entah itu tentang cowok, pekerjaan, teman-teman… dan sudah 6 tahun aku tidak bertemu dengannya. Sebenarnya aku tau bahwa selamanya aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Karena bapak sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Yah, inilah sedikit curhatanku selama di Jakarta.  Satu hal yang aku yakin, ada hal baik yang sedang menantiku di sini. Tuhan pasti punya rencana. Walau seringkali aku merasa tidak sanggup, tapi aku tau rancangan Tuhan tidak pernah salah. Karena Tuhan tidak mungkin mengijinkan pencobaan melebihi kekuatan umatNya. Matematika Tuhan itu sempurna, analisaNya selalu tepat. Aku percaya kepada Tuhan. Hanya Dia satu-satunya pengharapanku hingga aku bisa bertahan di sini, sampai detik ini.

Tak terasa sudah jam 9, aku harus segera berangkat kerja. Tadi aku sudah sms orang kantor kalau bakal telat datang ke kantor. Hari ini harus semangat…. Klo kata pacarku, Ganbbate!!! 😉