Akhir-akhir ini banyak sekali yang terjadi di kantor.
Sedikit pertengkaran dan selisih paham, saling debat, sampai akhirnya aku kehilangan kesabaran dan mulai ngomel-ngomel tidak jelas. Aku tidak mau seperti itu, tetapi itulah yang terjadi.
Ada admin logistik baru di kantor, saat kemarahanku memuncak, aku tau aku telah membuat takut admin tersebut. Tidak ada yang berkomentar, semua rekan-rekan kerjaku terdiam saat aku berbicara. Seolah-olah mereka menganggapku seperti seekor singa yang siap menerkam, mereka tidak berani mendekatiku.
Dalam hati aku bergumam, aku tidak mau mempunyai tanggung jawab sebesar ini… setelah sekian tahun aku menjabat pekerjaanku ini, aku harusnya sudah terbiasa dan bisa mengontrol diri sendiri. Hanya karena ulah 1 orang kanvaser dan 1 orang supervisor, semua orang jadi kena imbas kekesalanku.
Selama seminggu, aku berubah menjadi seseorang yang cukup menakutkan di kantor. Aku merasakan ketegangan di saraf bagian belakang kepalaku, dan itu membuat aku merasa tidak berdaya.
Kemudian, saat malam tiba aku mulai merenung… Banyak hal yang aku renungkan, termasuk pekerjaanku. Aku mulai me-review kehidupanku sebelumnya. Dulu aku mempunyai pekerjaan yang jauh lebih menyenangkan… Aku suka bekerja di bidang IT, aku kuliah jurusan Sistem Informasi, aku juga suka mengutak atik bahasa pemrograman. Aku bisa berjam-jam duduk di depan komputer hanya karena penasaran, ingin membuat software yang menurutku cukup bagus. Aku selalu lupa dengan duniaku sendiri kalau sudah di depan komputer, dan tanpa sadar saat aku menoleh ke arah jendela, hari sudah berganti dan matahari telah terbit di timur.
Tapi dunia itu sudah lama aku tinggalkan, mungkin aku sudah mulai lupa mengenai bahasa pemrograman yang berbau basic, source-source kode HTML, PHP, MySQL… dan entah mengapa justru aku sekarang bekerja di bidang finance (bidang yang dulu sangat aku takutkan dan hindari).
Tapi kembali aku merenungkan, mengapa aku harus bersungut-sungut seperti ini? Banyak orang yang tidak mempunyai pekerjaan, mencoba berbagai cara hanya untuk bisa bekerja di jabatan terendah sekalipun. Betapa aku ini tidak mengucap syukur atas rejeki yang sudah Tuhan berikan.
Yah, aku sadari hidupku juga sudah jauh dari Tuhan… Jauh dari ritual-ritual agama yang aku anut, melupakan sisi religi dan hidup dalam dunia dimana yang lemah di tindas dan yang kuat berkuasa. Ini sebuah teguran untukku, aku tau itu. Dan aku mau memperbaiki keadaan.
Aku mulai berdoa, memohon ampun atas semua sungut-sungutku, memohon ampun karena aku telah melupakan DIA yang ESA. Dan saat aku memutuskan untuk kembali mencari WajahNya, sedikit demi sedikit aku mendapatkan ketenangan itu.
Aku sekarang juga mulai belajar untuk bersikap sabar terhadap rekan-rekan kerjaku (seperti tahun-tahun pertama aku bekerja di sini), berusaha mengayomi para admin-ku di kantor, menjadi seorang pemimpin yang bisa dijadikan teladan, bukan untuk memegahkan diri sendiri, melainkan untuk kemajuan bersama.
Aku percaya, sesuatu yang baik sedang terjadi bagi kehidupanku dan bagi rekan-rekan kerjaku.